Selasa, 09 Agustus 2011

Sebuah Lubang Di Kepala (Otak)

ilustrasi otak manusia

Seringkali kita bertanya tentang baik atau buruknya keadaan yang sekarang sedang atau telah melingkupi hidup kita. Seribu satu pertanyaan itu terkadang belum terpecahkan dan mungkin sama sekali belum menemukan ujung atau pangkalnya. Namun, pernahkah sejenak kita kaji kembali bahwa keadaan yang ada pada kita sekarang ini, adalah tergantung dari isi kepala dan hati kita, yang telah kita pilih sendiri.
Apa yang mengisi kepala kita itulah yang menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu.Kecintaan kita akan sesuatu bahkan dapat meniadakan syarat termasuk tentang hal itu masuk akal atau tidak.Kecintaan kita terhadap sesuatu yang kemudian menggiring menuju sebuah level dan gambaran tentang siapa diri kita yang sesungguhnya.
Begitulah, ibarat sebuah lubang yang akan terisi, pikiran dalam kepala kita membentuk pilihan fokus yang dapat menjadikan kita pribadi seperti apa dan yang memilih jalan yang mana.
Dan diterima atau disangkal, bahkan kenyataan di dunia ini hanya ada 2 saja, yaitu bersama Allah atau bersama setan. Setiap hari kita berkutat dalam pilihan diantara dua hal tersebut. Jika pilihan pengisian lubang pemikiran dalam kepala kita telah terpenuhi dengan Allah sang maha Rahman, maka yang ada adalah kebaikan senantiasa menyertai kita. Pun begitu sebaliknya, ketika penyerahan diri telah kita serahkan pada nafsu dimana setan sebagai pemimpinnya, tiada lain hanyalah keburukan yang menjadi karib kita. Diterima atau disangkal, kenyataan bukanlah sekedar teori, namun sudah pasti nilai kebenarannya.
Apa yang paling banyak kita ingat, dalam sadar ataupun tidak, itulah yang paling banyak kita cintai. Apa yang gampang menghilang dari fokus kita, dalam sadar ataupun tidak, itulah yang mungkin kita masih setengah hati kepadanya.
Karena itu lihatlah ketika seseorang berbahasa, maka kurang lebih begitulah gambaran yang sama tentang yang ada dikepala dan hatinya, karena seperti sebuah teko, dia hanya akan mengeluarkan isinya, isi asli dari dalamnya.
Karena itu lihatlah ketika seseorang menyikapi keadaan, maka kurang lebih begitulah gambaran yang sama tentang yang ada dikepala dan hatinya. Ketika cinta dan kedekatan pada Allah telah memenuhi kepalanya, hal ini pastilah berbeda ketika dia masih setengah hati mencintaiNYa. dan bahkan akan sangat berbeda sekali apabila dia tidak mencintai atau mengenalNya sama sekali.
Karena itu pula lihatlah ketika seseorang menjalani hidupnya. Maka kurang lebih begitulah gambaran yang sama tentang bagaimana dan seperti apa isi dari lubang ada dikepala dan hatinya. Semua akan dengan tergambar, terdengar dan terlihat dengan jelas. Tanpa kamuflase dan rekaan sama sekal.
Namun bagaimana dengan orang yang berpura- pura telah dengan baik berfokus pada kecintaan dan pilihan yang benar dalam mengisi kepalanya?. Orang yang berpura- pura sangat berbeda dengan orang yang masih dalam taraf berusaha. Kesamaan dri keduanya adalah, keduanya akan menemukan batas akhir. Orang yang berpura- pura akan menemukan batas akhir yaitu kebosanan dalam dirinya sehingga mau tidak mau dia akan memunculkan keaslian gambaran jelas tentang pribadinya. Sedangkan orang yang sedang berusaha, juga akan menemukan sebuah batas akhir, yaitu dengan ijin Allah dia akan menemukan sesuatu yang telah susah payah diraihnya. Tentunya sebuah perubahan yang insyaAllah akan membawa kepada kebaikan.
Maka dengan begitu jujur, tanyalah kepada diri kita masing- masing, sudahkah kita mengisi lubang pemikiran kita dengan fokus pada sesuatu yang benar, yang menentramkan dan membaikkan kita atau paling tidak memberikan semangat kita untuk lebih baik dan lebih benar?. Selama nafas masih ada, selama itu pula pilihan atas banyak hal masih berlalu untuk kita. Maka pilihlah dengan baik, dan jangan melupakan satu hal, bahwa semua pilihan itu akan batas akhirnya untuk memilih dan tentu saja lengkap dengan detail konsekuensi pertanggung jawaban atas semuanya.
sumber: http://www.voa-islam.com/muslimah/article/